Santabe Ncore Mena..Selamat Datang.
Welcome To My Private Home..Lembo Ade

Senin, 30 Juni 2014

1000 HARI, WAKTU INVESTASI KITA


             Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 telah memberikan arah pada Pembangunan Pangan dan Gizi dengan salah satu sasarannya adalah menurunkan prevalensi stunting (pendek) serendah-rendahnya 32%.

Ironisnya di satu sisi ada program perbaikan gizi kita yang mengalami peningkatan dan bolehlah dikatakan berhasil seperti kekurangan vitamin A pada balita tetapi masalah lain yang belum juga bisa diatasi seperti gizi kurang muncul lagi masalah baru yaitu stunting (pendek).



Pada tahun 2010 prevalensi anak stunting 35.6 %, artinya 1 diantara tiga anak kita kemungkinan besar pendek. Sementara prevalensi gizi kurang telah turun dari 31% (1989), menjadi 17.9% (2010). Dengan capaian ini target MDGs sasaran 1 yaitu menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi 15.5% pada tahun 2015 diperkirakan dapat dicapai. 

Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 35,6% anak Indonesia “stunted”. Sebagai akibatnya, produktivitas individu menurun dan masyarakat harus hidup dengan penghasilan yang rendah.Stunting atau penurunan tingkat pertumbuhan pada manusia utamanya disebabkan oleh kekurangan gizi. Lebih jauh lagi, kekurangan gizi ini disebabkan oleh rusaknya mukosa usus oleh bakteri fecal yang mengakibatkan terjadinya gangguan absorbsi zat gizi. Dengan demikian, peningkatan cakupan sanitasi dan perilaku hygiene sebesar 99% dapat membantu menurunkan insiden diare sebesar 30% dan menurunkan prevalensi stuntingsebesar 2,4%.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa sanitasi buruk mengakibatkan beragam dampak negatif, baik bagi kesehatan, ekonomi maupun lingkungan. Saat ini, tantangan pembangunan sanitasi semakin berat dengan adanya temuan bahwa sanitasi buruk mengakibatkan sebagian besar generasi penerus bangsa terdiagnosa stunted. Sanitasi buruk dan air minum yang terkontaminasi mengakibatkan diare yang mengganggu penyerapan zat-zat gizi dalam tubuh. Akibatnya, anak-anak tidak mendapatkan zat gizi yang memadai sehingga pertumbuhannya terhambat

Penyebab Stunting
 
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :

  1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
  2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
  3. Riwayat penyakit

Fakta Tentang Balita Pendek !!!
 


Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara lain sebagai berikut :

  • 1.      Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit  jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak   mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan  konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam  kehidupannya dimasa yang akan datang.
    2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan  tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan  rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
    3.  Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang  kurang. Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak  dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.
      

Kenapa 1000 Hari ?
 



1000 hari pertama dalam kehidupan anak merupakan saat yang sangat menentukan. 1000 hari pertama dalam kehidupan anak dimulai sejak masa kehamilan (9bulan/270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari). Masa ini juga sering dikenal dengan masa kritis pertumbuhan anak. Karena pada masa inilah otak, psikologi dan motorik berkembang dengan pesat. Pada periode kehidupan ini sel-sel otak tumbuh sangat cepat sehingga saat usia 2 tahun pertumbuhan otak sudah mencapai lebih 80% dan masa kritis bagi pembentukan kecerdasan. Oleh karena itu jika pada usia ini kekurangan gizi maka perkembangan otak dan kecerdasan terhambat dan tidak dapat diperbaiki. Stunting (pendek) merupakan akibat dari kekurangan gizi yang berulang dalam waktu lama pada masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Pola makan bergizi seimbang, dan beraneka ragam sangat diperlukan dalam bentuk pemberian ASI dan MP-ASI yang benar.
Sekilas kebutuhan gizi yang wajib kita persiapkan menghindari anak menjadi stunting (pendek) dan kekurangan gizi  :


Kebutuhan gizi masa hamil 
 
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga  keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja,  bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.
Pada kehamilan trimester pertama umur kehamilan 0-3 bulan umumnya timbul keluhan-keluhan seperti rasa mual, ingin muntah, pusing-pusing, selera makan berkurang sehingga timbul kelemahan dan malas beraktivitas. Agar kecukupan zat-zat gizi terpenuhi dapat diperhatikan hal-hal seperti berikut:
- Makanan hendaknya dipilih yang mudah dicerna. Buah-buahan segar dan sayuran hijau biasanya dapat mengurangi rasa mual.
- Posi makanan sedikit, tetapi dengan frekuensi sering. Bila kurang selera makan nasi, dapat diganti dengan kentang, macaroni, mie atau jajanan lain yang bergizi.
Pada trimester kedua mulai dibutuhkan tambahan kalori untuk pertumbuhan serta perkembangan janin serta untuk mempertahankan kesehatan si ibu. Pada saat ini muntah sudah berkurang atau tidak ada, nafsu makan bertambah, perkembangan janin sangat pesat bukan saja tubuhnya tetapi juga susunan saraf otak (kurang lebih 90%). Oleh karena pertumbuhan janin yang pesat di mana jaringan otak menjadi perhatian utama maka ibu hamil memerlukan protein dan zat gizi lain  seperti kalsium dan galaktosa yang ada pada susu sehingga dianjurkan untuk minum susu 400 cc (2 gelas). Namun selain susu, bahan makanan lain yang kaya akan protein dan kalsium antara lain : kacang-kacangan, ikan teri, dan belut.   Trimester ketiga, pada saat ini nafsu makan sudah baik sekali cenderung untuk merasa lapar terus menerus sehingga perlu diperhatikan agar tidak terjadi kegemukan.

Kebutuhan Gizi Ibu  saat Menyusui
 
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.

Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan
 
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari. Jumlah ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi usia 0 – 6 bulan. Pada usia 6 – 11 bulan, ASI tetap dilanjutkan ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI harus mengandung sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Maka dari itu perlu ditambahkan aneka ragam bahan makanan. Pada usia 10 - 12 bulan, ASI tetap diberikan. Bayi mulai diperkenalkan makanan keluarga secara bertahap. Karena merupakan makanan peralihan ke makanan keluarga, maka bentuk dan kepadatan nasi tim harus diatur secara berangsur, mendekati bentuk kepadatan makanan keluarga.

Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini  ASI tetap diberikan.  Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa efek samping.
 
Jika Kejadian Stunting dan gizi kurang ini terjadi dalam waktu yang lama, kenapa tidak kita cegah dari awal? 
 
Sehingga pada akhirnya bukan hanya pada ibu hamil dan anak balita sebelum 2 tahun fokus kita semua tetapi bagaimana kita mempersiapkan generasi muda kita, remaja putri kita sebagai calon ibu dengan mempersiapkan kebutuhan gizinya baik kebutuhan gizi makro maupun mikronya. Tentunya ini bisa dilakukan dengan tidak henti-hentinya memberikan banyak peningkatan pengetahuan, penyuluhan, konseling, dan promosi tentang makanan yang bergizi, pola asuh, PHBS, dsb melalui lembaga pendidikan, posyandu, kegiatan kemasyarakatan, dan kegiatan lainnya.
 
Salam Indonesia Sehat