Keberhasilan
pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat,
kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini
sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014 telah memberikan arah pada Pembangunan
Pangan dan Gizi dengan salah satu sasarannya adalah menurunkan prevalensi
stunting (pendek) serendah-rendahnya 32%.
Ironisnya di satu sisi ada program perbaikan gizi kita yang mengalami peningkatan dan bolehlah dikatakan berhasil seperti kekurangan vitamin A pada balita tetapi masalah lain yang belum juga bisa diatasi seperti gizi kurang muncul lagi masalah baru yaitu stunting (pendek).
Pada tahun
2010 prevalensi anak stunting 35.6 %, artinya 1 diantara tiga anak kita
kemungkinan besar pendek. Sementara prevalensi gizi kurang telah turun dari 31%
(1989), menjadi 17.9% (2010). Dengan capaian ini target MDGs sasaran 1 yaitu
menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi 15.5% pada tahun 2015 diperkirakan
dapat dicapai.
Riskesdas
2010 menunjukkan bahwa 35,6% anak Indonesia “stunted”. Sebagai
akibatnya, produktivitas individu menurun dan masyarakat harus hidup dengan
penghasilan yang rendah.Stunting atau
penurunan tingkat pertumbuhan pada manusia utamanya disebabkan oleh kekurangan
gizi. Lebih jauh lagi, kekurangan gizi ini disebabkan oleh rusaknya mukosa usus
oleh bakteri fecal yang mengakibatkan terjadinya gangguan
absorbsi zat gizi. Dengan demikian, peningkatan cakupan sanitasi dan perilaku
hygiene sebesar 99% dapat membantu menurunkan insiden diare sebesar 30% dan
menurunkan prevalensi stuntingsebesar
2,4%.
Sudah bukan
rahasia lagi bahwa sanitasi buruk mengakibatkan beragam dampak negatif, baik
bagi kesehatan, ekonomi maupun lingkungan. Saat ini, tantangan pembangunan
sanitasi semakin berat dengan adanya temuan bahwa sanitasi buruk mengakibatkan
sebagian besar generasi penerus bangsa terdiagnosa stunted. Sanitasi buruk dan air
minum yang terkontaminasi mengakibatkan diare yang mengganggu penyerapan
zat-zat gizi dalam tubuh. Akibatnya, anak-anak tidak mendapatkan zat gizi yang
memadai sehingga pertumbuhannya terhambat
Penyebab Stunting
Menurut
beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan
peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan
selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi
terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan
menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga
bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
Anak-anak yang mengalami
hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan
penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta
mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak.
Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang
akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor,
dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat
tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut :
- Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
- Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
- Riwayat penyakit
Fakta Tentang Balita Pendek !!!
Menurut laporan UNICEF (1998)
beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara lain sebagai berikut :
- 1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.
Kenapa 1000 Hari ?
1000 hari pertama dalam kehidupan anak merupakan saat yang sangat
menentukan. 1000 hari pertama dalam kehidupan anak
dimulai sejak masa kehamilan (9bulan/270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730
hari). Masa ini juga sering dikenal dengan masa kritis pertumbuhan anak. Karena
pada masa inilah otak, psikologi dan motorik berkembang dengan pesat. Pada periode kehidupan
ini sel-sel otak tumbuh sangat cepat sehingga saat usia 2 tahun pertumbuhan
otak sudah mencapai lebih 80% dan masa kritis bagi pembentukan kecerdasan. Oleh karena itu jika pada usia ini kekurangan gizi
maka perkembangan otak dan kecerdasan terhambat dan tidak dapat diperbaiki. Stunting
(pendek) merupakan akibat dari kekurangan gizi yang berulang dalam waktu lama
pada masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Pola makan bergizi seimbang, dan beraneka ragam sangat
diperlukan dalam bentuk pemberian ASI dan MP-ASI yang benar.
Sekilas kebutuhan gizi yang wajib kita persiapkan menghindari
anak menjadi stunting (pendek) dan kekurangan gizi :
Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya
dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas
fisik, serta menjaga keseimbangan segala
proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan
gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus
serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam
zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah
makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama
itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan
itu.
Pada kehamilan trimester pertama umur kehamilan 0-3 bulan umumnya timbul
keluhan-keluhan seperti rasa mual, ingin muntah, pusing-pusing, selera makan berkurang
sehingga timbul kelemahan dan malas beraktivitas. Agar kecukupan zat-zat gizi
terpenuhi dapat diperhatikan hal-hal seperti berikut:
- Makanan hendaknya dipilih yang mudah dicerna.
Buah-buahan segar dan sayuran hijau biasanya dapat mengurangi rasa mual.
- Posi makanan sedikit, tetapi dengan frekuensi
sering. Bila kurang selera makan nasi, dapat diganti dengan kentang, macaroni,
mie atau jajanan lain yang bergizi.
Pada trimester kedua mulai dibutuhkan tambahan kalori untuk pertumbuhan
serta perkembangan janin serta untuk mempertahankan kesehatan si ibu. Pada saat
ini muntah sudah berkurang atau tidak ada, nafsu makan bertambah, perkembangan
janin sangat pesat bukan saja tubuhnya tetapi juga susunan saraf otak (kurang
lebih 90%). Oleh karena pertumbuhan janin yang pesat di mana jaringan otak
menjadi perhatian utama maka ibu hamil memerlukan protein dan zat gizi lain seperti kalsium dan galaktosa yang ada pada
susu sehingga dianjurkan untuk minum susu 400 cc (2 gelas). Namun selain susu,
bahan makanan lain yang kaya akan protein dan kalsium antara lain : kacang-kacangan,
ikan teri, dan belut. Trimester ketiga,
pada saat ini nafsu makan sudah baik sekali cenderung untuk merasa lapar terus
menerus sehingga perlu diperhatikan agar tidak terjadi kegemukan.
Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan
ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan
untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta
tulang. Susu
untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini
maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya
ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu
yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas)
air sehari, di samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.
Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah makanan
terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui
sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini
sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga
payudara benar-benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu
dan frekuensi menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml
bahkan hingga 1,5 – 2 liter perhari. Jumlah ini sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan zat gizi bayi usia 0 – 6 bulan. Pada usia 6 – 11 bulan, ASI tetap
dilanjutkan ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI harus
mengandung sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Maka dari itu
perlu ditambahkan aneka ragam bahan makanan. Pada usia 10 - 12 bulan, ASI tetap
diberikan. Bayi mulai diperkenalkan makanan keluarga secara bertahap. Karena merupakan
makanan peralihan ke makanan keluarga, maka bentuk dan kepadatan nasi tim harus
diatur secara berangsur, mendekati bentuk kepadatan makanan keluarga.
Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
Ketika
memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi perkembangan
motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan cara
berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak
juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit
infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi
seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan keluarga
secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan. Makanan yang
diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan
pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda
tanpa efek samping.
Jika Kejadian Stunting dan gizi kurang ini terjadi dalam waktu yang lama, kenapa tidak kita cegah dari awal?
Sehingga pada akhirnya bukan hanya pada ibu hamil dan anak balita sebelum 2 tahun fokus kita semua tetapi bagaimana kita mempersiapkan generasi muda kita, remaja putri kita sebagai calon ibu dengan mempersiapkan kebutuhan gizinya baik kebutuhan gizi makro maupun mikronya. Tentunya ini bisa dilakukan dengan tidak henti-hentinya memberikan banyak peningkatan pengetahuan, penyuluhan, konseling, dan promosi tentang makanan yang bergizi, pola asuh, PHBS, dsb melalui lembaga pendidikan, posyandu, kegiatan kemasyarakatan, dan kegiatan lainnya.
Salam Indonesia Sehat