Santabe Ncore Mena..Selamat Datang.
Welcome To My Private Home..Lembo Ade

Sabtu, 20 April 2013

Urgent..Masalah Kegemukan menyerang anak-anak


Banyaknya pemberitaan soal gizi buruk yang dialami anak Indonesia seperti menutup kemungkinan akan terjadinya obesitas pada anak indonesia. Padahal, kenyataannya, kejadian obesitas pada anak di Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2007, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mencatat 9,5% anak lelaki dan 6,4% anak perempuan mengalami obesitas. Padahal pada tahun 1990, angka ini hanya berkisar 4%.anak berhubungan dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan, antara lain peningkatan kolesterol, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dini, diabetes, asma, leep apnea (berhenti napas saat tidur), masalah tulang ataupun kulit, serta problem psikologis misalnya kurang percaya diri.
Pencegahan obesitas pada anak dapat dimulai sejak dini, bahkan saat ibu masih mengandung. ibu dapat memulai pola hidup sehat dan menjaga kenaikan berat badan dalam kisaran yang diharapkan, baik kenaikan berat badan yang terlalu sedikit (sehingga bayi berat lahir rendah) maupun terlalu banyak berisiko untuk obesitas pada anak di kemudian hari. setelah bayi lahir, berikan asi eksklusif selama 6 bulan. asi merupakan satu-satunya nutrisi yang diperlukan bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya.
Makanan Pendamping asi (MP-ASI) dapat dimulai sejak usia 6 bulan dengan meneruskan pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih. Pemilihan MP-ASI dengan gizi seimbang dan sesuai dengan piramida makanan sejak awal membentuk pola makan yang baik pada anak. Obesitas jadi epidemi yang merajalela di dunia. Beberapa negara pun memberlakukan peraturan baru terkait kesehatan masyarakat. Hal serupa juga ditakutkan sebagian ibu di seluruh dunia. Bahaya obesitas pada janin yang mereka kandung. Terlebih lagi, bayi obesitas di dalam rahim berisiko lebih besar mengalami kelebihan berat badan saat dewasa.

A.        Permasalahan Kegemukan pada Bayi
Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masalah kesehatan yang sangat penting untuk selalu diperhatikan sejak dini. Selama ini tampaknya monitoring atau deteksi faktor pertumbuhan pada anak sering diabaikan. Hal ini tampak dari sangat jarangnya dokter anak menggambar grafik pertumbuhan berat badan pada buku kesehatan yang ada. Seringkali gangguan pertumbuhan terjadi setelah usia 6 bulan tidak terdeteksi dengan baik. Keadaan ini baru disadari setelah usia agak besar.
Kegemukan pada bayi bisa menjadi pertanda bahwa bayi mengalami obesitas. Jika orangtua bayi keduanya gemuk maka kemungkinan 80% anak akan ikut gemuk sedangkan jika salah satu saja dari orangtuanya gemuk maka kemungkinan 40% anak menjadi gemuk. Oleh sebab itu, orangtua yang merasa diri gemuk perlu mewaspadai kemungkinan kegemukan diturunkan pada bayi mereka.
Kita masih sering terkecoh dan berpikir kalau bayi sehat itu adalah bayi yang gemuk. Padahal tidak ada hubungannya antara kesehatan bayi dan berat badan. Namun sayangnya, anggapan sehat itu gemuk masih saja melekat di benak ibu-ibu masa kini. Tidak jarang ada ibu yang sengaja memberikan susu formula pada anaknya agar bisa gemuk dan juga memberikan makanan padat sebelum genap enam bulan. Saat ini seharusnya kita sudah harus mengoreksi persepsi bayi gemuk itu sehat di kalangan masyarakat. Justru melihat berat badan bayi yang di atas normal kita harus waspada, karena bisa jadi bayi menderita salah satu penyakit atau kelainan bawaan.
Bayi Kegemukan  didefinisikan sebagai kelebihan berat badan jauh melebihi berat badan ideal menurut panjang badan atau indeks massa tubuh (body mass index) melebihi BMI normal untuk usianya.
Kegemukan merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya (psychobiological cues for eating) sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh.

B.        Deteksi Dini Kegemukan/Obesitas
Kegemukan/Obesitas tidak selalu identik dengan gizi lebih/berat badan di atas rata-rata. Pada kelompok bayi yang kerangka tulangnya besar dan otot-otot yang lebih dari biasanya, sehingga berat badan dan panjang badan bayi di atas rata-rata bayi seusianya. Kelompok ini tidak disebut obesitas. Sehingga diagnosis obesitas dibuat berdasarkan terutama penampakan klinis daripada kelebihan berat badan tersebut.
Salah satu cara untuk mengukur jaringan lemak sub kutan di lengan atas adalah dengan mengukur tebal lipatan kulit trisep. Bila tebal lipatan kulit trisep berada di atas persentil ke-85 pada anak pada usia dan jenis kelamin yang sama di sebut obesitas ; bila lipatan kulit trisep di atas persentil 95 disebut super-obesitas.
Kelebihan rasio berat badan terhadap panjang badan di atas persentil ke-95 pada bayi/anak masih dikatakan overweight, bila dengan tebal lipatan kulit trisep dalam batas normal (di bawah persentil ke-85).
Berat ideal bayi/anak bilamana rasio berat badan dan panjang badan/tinggi badan berada pada persentil ke-50, pada usia dan jenis kelamin sama.
Kegemukan pada bayi umumnya disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor. Penyebab yang umum adalah kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, genetik, atau kombinasi dari faktor-faktor ini.

C.        Tanda-Tanda dan Ciri-Ciri Kegemukan pada Bayi
Tanda-tanda kegemukan pada bayi harus dikenali sebelum terlambat. Jika bayi terkena obesitas maka harus segera dilakukan tindakan penanganan karena obesitas akan menghambat pertumbuhan bayi tersebut. Jika bayi dibiarkan obesitas maka dia tidak bisa berkembang sebagaimana usianya nanti baik perkembangan fisik, mental maupun psikologis.
Semakin dini mengetahui bahwa bayi terkena obesitas maka akan semakin kecil resiko yang mungkin terjadi. Orang tua memang perlu waspada dan teliti tatkala melihat bayinya tampak lebih besar dibandingkan dengan teman bayi yang seusianya. Jangan gembira atau merasa gemas dulu jika bayi tampak lebih gemuk karena itu menjadi indikator awal obesitas.
Tanda dan Ciri kegemukan/obesitas yang mudah dilihat antara lain :
a)              Dari ciri fisik bayi tersebut. Jika bayi nampak gemuk dan besar maka periksalah berat badan bayi untuk meyakinkan apakah dia obesitas atau tidak. Berat bayi yang berada di atas rata-rata berat normal untuk usianya menandakan gejala obesitas.
b)              Index massa tubuh bayi bisa dihitung untuk lebih meyakinkan lagi. Index massa tubuh sama dengan berat badan bayi (kg) dibagi {tinggi badan bayi (cm)/100) x 2}. Jika nilainya sama dengan atau lebih dari 0,95 maka bayi mengalami obesitas.
c)              Ciri obesitas juga dapat diketahui dengan perbandingan antara berat badan bayi dengan berat badan ideal yang seharusnya. Jika nilai perbandingannya sama dengan atau lebih dari 120% maka bayi positif terkena obesitas. Dan lagi, jika berat bayi naik secara berlebihan selama 1 hingga 3 bulan dan kenaikannya di atas rata-rata kenaikan berat bayi maka bisa saja bayi terkena obesitas.
d)              Tidak hanya dari pengukuran berat badan, ciri obesitas bisa dilihat dari bentuk fisik yang lebih spesifik. Kegemukan pada bayi ditandai dengan adanya banyak lipatan pada tubuhnya terutama di bagian dagu. Pipi bayi tampak tembam dan lehernya pendek. Tubuh bayi terlihat tidak proporsional karena tinggi badan tidak senormal tinggi badan ideal seusianya.
e)              Pada bayi laki-laki, ciri obesitas terlihat dari pembesaran payudara di dadanya. Selain itu, bayi laki-laki ini justru memiliki alat kelamin yang kecil. Hal ini disebabkan karena jaringan lemak di daerah alat kelaminnya menumpuk dan menghambat perkembangan alat kelaminnya.
f)               Kegemukan pada bayi bisa juga dikenali dari pola makan dan pola hidup yang dialami oleh bayi. Misalnya jika bayi memang jarang bergerak atau kurang melakukan kegiatan dan aktivitas. Pola makan bayi yang berlebihan serta tidak bergizi. Jika hal ini terjadi maka orangtua harus mewaspadai obesitas pada bayi mereka.

D.        Penyebab Kegemukan pada Bayi
Berikut beberapa penyebab kegemukan pada bayi antara lain :
1)              Bayi bisa otomatis obesitas jika lahir dari ibu penderita diabetes yang tak terkontrol.
2)              Makanan padat diberikan minimal saat usianya enam bulan. Sebelum usia tersebut, risiko obesitas makin tinggi
3)              Susu formula mengandung kadar gula dan kalori tinggi dan itu yang menyebabkan berat badan bayi melonjak naik.
4)              Sering kali terjadi, saat bayi menangis, Ibu atau pengasuh langsung menyodorkan susu. Padahal pada bayi sehat, menangis tidak harus berarti tanda kelaparan. Bisa jadi sebenarnya bayi hanya butuh sentuhan.

E.        Akibat dan Komplikasi Kegemukan pada Bayi
            Kegemukan pada bayi harus diwaspadai karena bisa jadi bayi yang menderita kegemukan akan mengalami beberapa hal sebagai berikut :
1)            Penurunan Kekebalan Tubuh ; Jika kegemukan pada bayi dapat menurunkan kekebalan imun mereka, dan kegemukan ini bisa berlanjut hingga usia dewasa nanti.
2)            Lecet ; Banyaknya lipatan di kulit menyebabkan iritasi, lecet dan gatal-gatal. Bahkan pada sebagian bayi, daerah lipatan tersebut menimbulkan bau yang tak sedap.
3)            Kelainan Tulang ; ini sangat berpengaruh karena tulang bayi yang terbilang masih rawan harus menopang berat badan yang berlebih
4)            Masalah pada Paru-Paru ; para-paru kecilnya haru bekerja ekstra untuk menghirup udara dan bisa menyebabkan infeksi salurah pernapasan bawah.
5)            Bayi Lambat ;Bayi yang gemuk otomatis akan berpengaruh pada  pergerakannya.  Jadi tidak mengherankan jika bayi mengalami kegemukan cenderung bergerak lamban.
Selain itu, menurut Menurut Suandi,2004 dalam Soetjiningsih, 2004,komplikasi terjadi pada :
1)            Saluran pernafasan, pada bayi obesitas/kegemukan merupak resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan bagian bawah karena terbatasnya kapasitas paru-paru, adanya hipetrofi tonsil akan mengakibatkan obstruksi saluran napas bagian atas, sehingga mengakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, disebut chubby puffer syndrome. Obstruksi kronis saluran pernafasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal. Keluhan lainnya nafas pendek.
2)            Gangguan pada kulit dan ortopedi.Kulit sering lecet karena gesekan.
 

F.         Pencegahan dan Penanganan Kegemukan pada Bayi
1.         Pencegahan
Kegemukan/Obesitas jadi epidemi yang merajalela di dunia. Beberapa negara pun memberlakukan peraturan baru terkait kesehatan masyarakat. Hal serupa juga ditakutkan sebagian ibu di seluruh dunia. Bahaya obesitas pada janin yang mereka kandung. Terlebih lagi, bayi obesitas di dalam rahim berisiko lebih besar mengalami kelebihan berat badan saat dewasa.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mencegah kejadian kegemukan pada bayi antara lain :
1)            Pencegahan obesitas pada anak dapat dimulai sejak dini, bahkan saat ibu masih mengandung. Ibu dapat memulai pola hidup sehat dan menjaga berat badan.Ibu dapat memulai pola hidup sehat dan menjaga kenaikan berat badan dalam kisaran yang diharapkan, baik kenaikan berat badan yang terlalu sedikit sehingga bayi berat lahir rendah maupun terlalu banyak beresiko untuk obesitas pada anak di kemudian hari.
2)            Untuk memastikan bahwa Ibu tidak melahirkan bayi yang kelebihan berat badan, Ibu hamil sebaiknya menimbang berat badan secara teratur selama kehamilan. Agar lebih sehat, Ibu hamil bisa meningkatkan diet sehat dan olahraga ringan selama masa kehamilan.
3)            Selain menghindari pencetusnya, hal lain yang juga utama dalam menghindari kegemukan adalah dengan ASI. Semahal apa pun susu yang kita beli, ASI tetaplah juaranya. Selain lebih sehat, ASI menurunkan risiko obesitas pada bayi. Yang harus diingat adalah sesuatu yang alami selalu berdampak baik bagi kesehatan. Berbeda dengan lemak pada susu formula, lemak pada ASI sangat mudah dicerna oleh tubuh dan dari segi nutrisi, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Satu hal yang masih keliru tentang ASI dan obesitas. Masih banyak yang mengira kalau bayi ASI akan cepat gemuk lantaran harus diberikan selang dua jam sekali, berbeda dengan susu formula yang bisa mengenyangkan hingga 4-6 jam. Faktanya, semua zat pada ASI mampu diserap sempurna oleh tubuh, dan itu yang menyebabkan bayi akan lapar 2 jam sekali. Berbeda dengan susu formula yang kandungannya lebih lama dicerna tubuh dan mengendap.
4)            Meski tak banyak, dalam beberapa kasus ada bayi yang akhirnya tidak mendapatkan ASI. Dalam kasus tersebut, kita bisa menjaga berat badannya dengan mengontrol porsi susu. Jangan biarkan mereka minum susu formula secara berlebihan! Kadang rasa sayang membuat kita jadi buta dan malah membahayakan kesehatan mereka. Seorang Ibu harus tegas ketika bayi minum susu secara tidak terkontrol. Ini semua demi kesehatannya kelak.
5)            Makanan Pendamping ASI dapat dimulai sejak bayi menginjak umur 6 bulan dengan meneruskan pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih.Pemilihan MP-ASI dengan gizi seimbang dan sesuai dengan piramida makanan sejak awal membentuk pola makan yang baik pada anak.
6)            Pemberian gula dan garam sebaiknya ditunggu sampai bayi berusia 1 tahun ke atas
7)            Kadang beberapa ibu harus menunggu sampai si anak memberi sinyal lapar. Solusi terbaik untuk menghindari obesitas adalah dengan mengatur waktu makan. Berilah bayi makan secara teratur.
8)            Mengontrol nafsu makan anak menjadi cara terbaik untuk mengatasi obesitas. Ini tentu bukan masalah sepele.
Menurut Suandi,, 2004 dalam Soetjiningsih, 2004 pencegahan obesitas/kegemukan pada masa remaja/dewasa penting diantisipasi sejak bayi, karena berdasarkan Hasil Penelitian di Amerika (dikutip dari Knitle, 1981), dikatakan bahwa bayi yang berat badannya lebih dari 90 persentil pada usia 6 bulan pertama, 14% menjadi obesitas, 22 % kelebihan berat badan, dibandingkan dengan 5 % dan 9 % pada bayi yang berat badannya normal. Untuk mencegah kegemukan pada masa bayi, perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini :
1)            Setiap bayi dianjurkan untuk diberi ASI saja sampai 6 bulan, bagi bayi yang hanya mendapat susu botol, dianjurkan membuat susu dengan takaran yang benar, tidak memaksa untuk menghabiskan susunya setiap kali minum.
2)            Pemberian makanan padat mulai diberikan umur 6 bulan
3)            Penyuluhan tentang kebutuhan diet bayi, percepatan pertumbuhan bayi.
4)            Biasakan mengukur Berat Badan dan Tinggi Badan anak secara rutin sekali dalam sebulan (menggunakan KMS), konsultasikan hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan pada dokter atau petugas kesehatan.
5)            Evaluasi kualitas pengasuhan anak, menganjurkan/membiarkan anak bergerak bebas, aktifitas fisik merupakan factor pencegahan obesitas/kegemukan.
 
G.        Penanganan Kegemukan pada Bayi
Pada bayi yang mengalami kegemukan/obesitas, tujuan terapi bukanlah untuk menurunkan berat badannya seperti pada kegemukan/obesitas dewasa, tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diet sesuai kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg BB/hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dan 90 kkal/Kg BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan member air tawar biasa. Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan atau susu rendah dan tanpa lemak. Di samping itu kita anjurkan pada ibunya agar memberikan dan mendorong anak untuk melakukan aktivitas (Suandi,2004 dalam Soetjiningsih, 2004)
Dalam beberapa literature, jika kegemukan terjadi pada bayi, beberapa hal yang harus dilakukan antara lain :
1)            Memberikan ASI dibandingkan susu formula. ASI atau air susu ibu terbukti dapat mencegah dan mengatasi obesitas pada bayi. Namun jika ternyata bayi tidak suka ASI maka orang tua harus mengontrol porsi susu formula yang diberikan. Susu formula tidak boleh diberikan secara berlebihan dengan alasan sayang dan kasihan pada bayi karena hal itu justru akan membuat obesitas makin parah.
2)            Orang tua harus mulai mengontrol pola makan sang bayi. Jangan selalu menuruti keinginan atau permintaan bayi untuk makan. Sebaiknya berikan bayi makan terlebih dulu sebelum dia merengek atau meminta. Buatlah pola yang teratur untuk makan bayi dan taatilah hal tersebut.
3)            Makanan yang diberikan untuk bayi obesitas hendaknya menghindari makanan yang manis, berkalori tinggi serta banyak lemak. Berikan banyak buah-buahan dan sayur-sayuran. Jika bayi masih kecil, maka bentuk jus buah atau jus sayur bisa menjadi pilihan. Bayi yang obesitas memang sebaiknya banyak memakan makanan yang mengandung serat untuk melancarkan pencernaannya dan menurunkan berat badannya.
4)            Selain itu, bayi yang obesitas harus sering diajak melakukan aktivitas fisik. Bayi bisa diajak spa bayi sehingga dia bisa bergerak bebas di dalam air atau permainan yang lainnya. Dengan cara-cara di atas, orang tua akan bisa mengatasi tanda-tanda obesitas pada bayi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar