Banyaknya
pemberitaan soal gizi buruk yang dialami anak Indonesia seperti menutup
kemungkinan akan terjadinya obesitas pada anak indonesia. Padahal,
kenyataannya, kejadian obesitas pada anak di Indonesia semakin meningkat. Pada
tahun 2007, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mencatat 9,5% anak lelaki
dan 6,4% anak perempuan mengalami obesitas. Padahal pada tahun 1990, angka ini
hanya berkisar 4%.anak berhubungan dengan peningkatan risiko berbagai masalah
kesehatan, antara lain peningkatan kolesterol, tekanan darah tinggi, penyakit
jantung dini, diabetes, asma, leep apnea (berhenti napas saat tidur), masalah
tulang ataupun kulit, serta problem psikologis misalnya kurang percaya diri.
Pencegahan
obesitas pada anak dapat dimulai sejak dini, bahkan saat ibu masih mengandung.
ibu dapat memulai pola hidup sehat dan menjaga kenaikan berat badan dalam
kisaran yang diharapkan, baik kenaikan berat badan yang terlalu sedikit
(sehingga bayi berat lahir rendah) maupun terlalu banyak berisiko untuk
obesitas pada anak di kemudian hari. setelah bayi lahir, berikan asi eksklusif
selama 6 bulan. asi merupakan satu-satunya nutrisi yang diperlukan bayi selama
6 bulan pertama kehidupannya.
Makanan
Pendamping asi (MP-ASI) dapat dimulai sejak usia 6 bulan dengan meneruskan pemberian
ASI sampai 2 tahun atau lebih. Pemilihan MP-ASI dengan gizi seimbang dan sesuai
dengan piramida makanan sejak awal membentuk pola makan yang baik pada anak. Obesitas jadi epidemi yang merajalela
di dunia. Beberapa negara pun memberlakukan peraturan baru terkait kesehatan
masyarakat. Hal serupa juga ditakutkan sebagian ibu di seluruh dunia. Bahaya
obesitas pada janin yang mereka kandung. Terlebih lagi, bayi obesitas di dalam
rahim berisiko lebih besar mengalami kelebihan berat badan saat dewasa.
A. Permasalahan
Kegemukan pada Bayi
Pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah masalah kesehatan yang sangat penting untuk selalu diperhatikan sejak
dini. Selama ini tampaknya monitoring atau deteksi faktor pertumbuhan pada anak
sering diabaikan. Hal ini tampak dari sangat jarangnya dokter anak menggambar
grafik pertumbuhan berat badan pada buku kesehatan yang ada. Seringkali
gangguan pertumbuhan terjadi setelah usia 6 bulan tidak
terdeteksi dengan baik. Keadaan ini baru disadari setelah usia agak besar.
Kegemukan
pada bayi bisa menjadi
pertanda bahwa bayi mengalami obesitas. Jika orangtua bayi keduanya gemuk maka
kemungkinan 80% anak akan ikut gemuk sedangkan jika salah satu saja dari
orangtuanya gemuk maka kemungkinan 40% anak menjadi gemuk. Oleh sebab itu,
orangtua yang merasa diri gemuk perlu mewaspadai kemungkinan kegemukan
diturunkan pada bayi mereka.
Kita masih sering terkecoh dan
berpikir kalau bayi sehat itu adalah bayi yang gemuk. Padahal tidak ada
hubungannya antara kesehatan bayi dan berat badan. Namun sayangnya, anggapan
sehat itu gemuk masih saja melekat di benak ibu-ibu masa kini. Tidak jarang ada
ibu yang sengaja memberikan susu formula pada anaknya agar bisa gemuk dan juga
memberikan makanan padat sebelum genap enam bulan. Saat ini seharusnya kita
sudah harus mengoreksi persepsi bayi gemuk itu sehat di kalangan masyarakat. Justru
melihat berat badan bayi yang di atas normal kita harus waspada, karena bisa
jadi bayi menderita salah satu penyakit atau kelainan bawaan.
Bayi
Kegemukan didefinisikan sebagai
kelebihan berat badan jauh melebihi berat badan ideal menurut panjang badan
atau indeks massa tubuh (body mass index) melebihi BMI normal untuk usianya.
Kegemukan
merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh
melebihi kebutuhannya (psychobiological
cues for eating) sehingga terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari
yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
B. Deteksi
Dini Kegemukan/Obesitas
Kegemukan/Obesitas
tidak selalu identik dengan gizi lebih/berat badan di atas rata-rata. Pada
kelompok bayi yang kerangka tulangnya besar dan otot-otot yang lebih dari
biasanya, sehingga berat badan dan panjang badan bayi di atas rata-rata bayi
seusianya. Kelompok ini tidak disebut obesitas. Sehingga diagnosis obesitas
dibuat berdasarkan terutama penampakan klinis daripada kelebihan berat badan
tersebut.
Salah
satu cara untuk mengukur jaringan lemak sub kutan di lengan atas adalah dengan
mengukur tebal lipatan kulit trisep. Bila tebal lipatan kulit trisep berada di
atas persentil ke-85 pada anak pada usia dan jenis kelamin yang sama di sebut
obesitas ; bila lipatan kulit trisep di atas persentil 95 disebut
super-obesitas.
Kelebihan
rasio berat badan terhadap panjang badan di atas persentil ke-95 pada bayi/anak
masih dikatakan overweight, bila
dengan tebal lipatan kulit trisep dalam batas normal (di bawah persentil ke-85).
Berat
ideal bayi/anak bilamana rasio berat badan dan panjang badan/tinggi badan
berada pada persentil ke-50, pada usia dan jenis kelamin sama.
Kegemukan
pada bayi umumnya disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor. Penyebab yang umum
adalah kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, genetik, atau
kombinasi dari faktor-faktor ini.
C. Tanda-Tanda
dan Ciri-Ciri Kegemukan pada Bayi
Tanda-tanda kegemukan pada bayi harus dikenali sebelum
terlambat. Jika bayi terkena obesitas maka harus segera dilakukan tindakan penanganan karena obesitas akan menghambat
pertumbuhan bayi tersebut. Jika bayi dibiarkan obesitas maka dia tidak bisa
berkembang sebagaimana usianya nanti baik perkembangan fisik, mental maupun
psikologis.
Semakin dini mengetahui bahwa bayi
terkena obesitas maka akan semakin kecil resiko yang mungkin terjadi. Orang tua
memang perlu waspada dan teliti tatkala melihat bayinya tampak lebih besar
dibandingkan dengan teman bayi yang seusianya. Jangan gembira atau merasa gemas
dulu jika bayi tampak lebih gemuk karena itu menjadi indikator awal obesitas.
Tanda dan Ciri kegemukan/obesitas yang mudah dilihat antara lain :
a)
Dari
ciri fisik bayi tersebut. Jika bayi nampak gemuk dan besar maka periksalah berat
badan bayi untuk
meyakinkan apakah dia obesitas atau tidak. Berat bayi yang berada di
atas rata-rata berat normal untuk usianya menandakan gejala obesitas.
b)
Index
massa tubuh bayi bisa dihitung untuk lebih meyakinkan lagi. Index massa tubuh
sama dengan berat badan bayi (kg) dibagi {tinggi badan bayi (cm)/100) x 2}.
Jika nilainya sama dengan atau lebih dari 0,95 maka bayi mengalami obesitas.
c)
Ciri
obesitas juga dapat diketahui dengan perbandingan antara berat badan bayi
dengan berat badan ideal yang seharusnya. Jika nilai perbandingannya sama
dengan atau lebih dari 120% maka bayi positif terkena obesitas. Dan lagi, jika
berat bayi naik secara berlebihan selama 1 hingga 3 bulan dan kenaikannya di
atas rata-rata kenaikan berat bayi maka bisa saja bayi terkena obesitas.
d)
Tidak
hanya dari pengukuran berat badan, ciri obesitas bisa dilihat dari bentuk fisik
yang lebih spesifik. Kegemukan pada bayi ditandai dengan adanya banyak lipatan
pada tubuhnya terutama di bagian dagu. Pipi bayi tampak tembam dan lehernya
pendek. Tubuh bayi terlihat tidak proporsional karena tinggi badan tidak
senormal tinggi badan ideal seusianya.
e)
Pada
bayi laki-laki, ciri obesitas terlihat dari pembesaran payudara di dadanya.
Selain itu, bayi laki-laki ini justru memiliki alat kelamin yang kecil. Hal ini
disebabkan karena jaringan lemak di daerah alat kelaminnya menumpuk dan
menghambat perkembangan alat kelaminnya.
f)
Kegemukan
pada bayi bisa juga dikenali dari pola
makan dan pola hidup
yang dialami oleh bayi. Misalnya jika bayi memang jarang bergerak atau kurang
melakukan kegiatan dan aktivitas. Pola makan bayi yang berlebihan serta tidak
bergizi. Jika hal ini terjadi maka orangtua harus mewaspadai obesitas pada bayi
mereka.
D. Penyebab
Kegemukan pada Bayi
Berikut beberapa penyebab kegemukan
pada bayi antara lain :
1)
Bayi
bisa otomatis obesitas jika lahir dari ibu penderita diabetes yang tak
terkontrol.
2)
Makanan
padat diberikan minimal saat usianya enam bulan. Sebelum usia tersebut, risiko
obesitas makin tinggi
3)
Susu
formula mengandung kadar gula dan kalori tinggi dan itu yang menyebabkan berat
badan bayi melonjak naik.
4)
Sering
kali terjadi, saat bayi menangis, Ibu atau pengasuh langsung menyodorkan susu.
Padahal pada bayi sehat, menangis tidak harus berarti tanda kelaparan. Bisa
jadi sebenarnya bayi hanya butuh sentuhan.
E. Akibat
dan Komplikasi Kegemukan pada Bayi
Kegemukan pada bayi harus diwaspadai
karena bisa jadi bayi yang menderita kegemukan akan mengalami beberapa hal
sebagai berikut :
1)
Penurunan Kekebalan Tubuh ; Jika kegemukan
pada bayi dapat menurunkan kekebalan imun mereka, dan kegemukan ini bisa
berlanjut hingga usia dewasa nanti.
2)
Lecet ; Banyaknya lipatan di kulit
menyebabkan iritasi, lecet dan gatal-gatal. Bahkan pada sebagian bayi, daerah
lipatan tersebut menimbulkan bau yang tak sedap.
3)
Kelainan Tulang ; ini sangat berpengaruh
karena tulang bayi yang terbilang masih rawan harus menopang berat badan yang
berlebih
4)
Masalah pada Paru-Paru ; para-paru kecilnya
haru bekerja ekstra untuk menghirup udara dan bisa menyebabkan infeksi salurah
pernapasan bawah.
5)
Bayi Lambat ;Bayi
yang gemuk otomatis akan berpengaruh pada pergerakannya. Jadi tidak mengherankan jika bayi mengalami
kegemukan cenderung bergerak lamban.
Selain
itu, menurut Menurut Suandi,2004 dalam Soetjiningsih, 2004,komplikasi terjadi
pada :
1)
Saluran pernafasan, pada bayi
obesitas/kegemukan merupak resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan bagian
bawah karena terbatasnya kapasitas paru-paru, adanya hipetrofi tonsil akan
mengakibatkan obstruksi saluran napas bagian atas, sehingga mengakibatkan
anoksia dan saturasi oksigen rendah, disebut chubby puffer syndrome. Obstruksi kronis saluran pernafasan dengan
hipertrofi tonsil dan adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur,
gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal. Keluhan
lainnya nafas pendek.
2)
Gangguan pada kulit dan ortopedi.Kulit sering
lecet karena gesekan.
F. Pencegahan
dan Penanganan Kegemukan pada Bayi
1. Pencegahan
Kegemukan/Obesitas jadi epidemi yang
merajalela di dunia. Beberapa negara pun memberlakukan peraturan baru terkait
kesehatan masyarakat. Hal serupa juga ditakutkan sebagian ibu di seluruh dunia.
Bahaya obesitas pada janin yang mereka kandung. Terlebih lagi, bayi obesitas di
dalam rahim berisiko lebih besar mengalami kelebihan berat badan saat dewasa.
Ada
beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mencegah kejadian kegemukan pada bayi
antara lain :
1)
Pencegahan obesitas pada anak dapat dimulai
sejak dini, bahkan saat ibu masih mengandung. Ibu dapat memulai pola hidup
sehat dan menjaga berat badan.Ibu dapat memulai pola hidup sehat dan menjaga
kenaikan berat badan dalam kisaran yang diharapkan, baik kenaikan berat badan
yang terlalu sedikit sehingga bayi berat lahir rendah maupun terlalu banyak
beresiko untuk obesitas pada anak di kemudian hari.
2)
Untuk
memastikan bahwa Ibu tidak melahirkan bayi yang kelebihan berat badan, Ibu
hamil sebaiknya menimbang berat badan secara teratur selama kehamilan. Agar
lebih sehat, Ibu hamil bisa meningkatkan diet sehat dan olahraga ringan selama
masa kehamilan.
3)
Selain
menghindari pencetusnya, hal lain yang juga utama dalam menghindari kegemukan
adalah dengan ASI. Semahal
apa pun susu yang kita beli, ASI tetaplah juaranya. Selain lebih sehat, ASI
menurunkan risiko obesitas pada bayi. Yang harus diingat adalah sesuatu yang
alami selalu berdampak baik bagi kesehatan. Berbeda dengan lemak pada susu formula, lemak pada ASI
sangat mudah dicerna oleh tubuh dan dari segi nutrisi, ASI merupakan makanan
terbaik bagi bayi. Satu hal yang masih keliru tentang ASI dan obesitas. Masih
banyak yang mengira kalau bayi ASI akan cepat gemuk lantaran harus diberikan
selang dua jam sekali, berbeda dengan susu formula yang bisa mengenyangkan
hingga 4-6 jam. Faktanya, semua zat pada ASI mampu diserap sempurna oleh tubuh,
dan itu yang menyebabkan bayi akan lapar 2 jam sekali. Berbeda dengan susu
formula yang kandungannya lebih lama dicerna tubuh dan mengendap.
4)
Meski
tak banyak, dalam beberapa kasus ada bayi yang akhirnya tidak mendapatkan ASI.
Dalam kasus tersebut, kita bisa menjaga berat badannya dengan mengontrol porsi
susu. Jangan biarkan mereka minum susu formula secara berlebihan! Kadang rasa
sayang membuat kita jadi buta dan malah membahayakan kesehatan mereka. Seorang
Ibu harus tegas ketika bayi minum susu secara tidak terkontrol. Ini semua demi
kesehatannya kelak.
5)
Makanan Pendamping ASI dapat dimulai sejak
bayi menginjak umur 6 bulan dengan meneruskan pemberian ASI sampai 2 tahun atau
lebih.Pemilihan MP-ASI dengan gizi seimbang dan sesuai dengan piramida makanan
sejak awal membentuk pola makan yang baik pada anak.
6)
Pemberian gula dan garam sebaiknya ditunggu
sampai bayi berusia 1 tahun ke atas
7)
Kadang
beberapa ibu harus menunggu sampai si anak memberi sinyal lapar. Solusi terbaik
untuk menghindari obesitas adalah dengan mengatur waktu makan. Berilah bayi
makan secara teratur.
8)
Mengontrol
nafsu makan anak menjadi cara terbaik untuk mengatasi obesitas. Ini tentu bukan
masalah sepele.
Menurut
Suandi,, 2004 dalam Soetjiningsih, 2004 pencegahan obesitas/kegemukan pada masa
remaja/dewasa penting diantisipasi sejak bayi, karena berdasarkan Hasil
Penelitian di Amerika (dikutip dari Knitle, 1981), dikatakan bahwa bayi yang
berat badannya lebih dari 90 persentil pada usia 6 bulan pertama, 14% menjadi
obesitas, 22 % kelebihan berat badan, dibandingkan dengan 5 % dan 9 % pada bayi
yang berat badannya normal. Untuk mencegah kegemukan pada masa bayi, perlu
diperhatikan hal-hal di bawah ini :
1)
Setiap bayi dianjurkan untuk diberi ASI saja
sampai 6 bulan, bagi bayi yang hanya mendapat susu botol, dianjurkan membuat
susu dengan takaran yang benar, tidak memaksa untuk menghabiskan susunya setiap
kali minum.
2)
Pemberian makanan padat mulai diberikan umur
6 bulan
3)
Penyuluhan tentang kebutuhan diet bayi,
percepatan pertumbuhan bayi.
4)
Biasakan mengukur Berat Badan dan Tinggi
Badan anak secara rutin sekali dalam sebulan (menggunakan KMS), konsultasikan
hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan pada dokter atau
petugas kesehatan.
5)
Evaluasi kualitas pengasuhan anak,
menganjurkan/membiarkan anak bergerak bebas, aktifitas fisik merupakan factor
pencegahan obesitas/kegemukan.
G. Penanganan
Kegemukan pada Bayi
Pada bayi yang mengalami kegemukan/obesitas, tujuan terapi
bukanlah untuk menurunkan berat badannya seperti pada kegemukan/obesitas
dewasa, tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Bayi diberikan
diet sesuai kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg BB/hari untuk
bayi kurang dari 6 bulan dan 90 kkal/Kg BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan.
Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan member air
tawar biasa. Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan atau susu rendah
dan tanpa lemak. Di samping itu kita anjurkan pada ibunya agar memberikan dan
mendorong anak untuk melakukan aktivitas (Suandi,2004 dalam Soetjiningsih,
2004)
Dalam beberapa literature, jika
kegemukan terjadi pada bayi, beberapa hal yang harus dilakukan antara lain :
1)
Memberikan
ASI dibandingkan susu formula. ASI atau air susu ibu terbukti dapat mencegah
dan mengatasi obesitas pada bayi. Namun jika ternyata bayi tidak suka ASI maka
orang tua harus mengontrol porsi susu formula yang diberikan. Susu formula
tidak boleh diberikan secara berlebihan dengan alasan sayang dan kasihan pada
bayi karena hal itu justru akan membuat obesitas makin parah.
2)
Orang
tua harus mulai mengontrol pola makan sang bayi. Jangan selalu menuruti
keinginan atau permintaan bayi untuk makan. Sebaiknya berikan bayi makan
terlebih dulu sebelum dia merengek atau meminta. Buatlah pola yang teratur
untuk makan bayi dan taatilah hal tersebut.
3)
Makanan
yang diberikan untuk bayi obesitas hendaknya menghindari makanan yang manis,
berkalori tinggi serta banyak lemak. Berikan banyak buah-buahan dan sayur-sayuran. Jika bayi masih kecil, maka bentuk
jus buah atau jus sayur bisa menjadi pilihan. Bayi yang obesitas memang
sebaiknya banyak memakan makanan yang mengandung serat untuk melancarkan
pencernaannya dan menurunkan berat badannya.
4)
Selain
itu, bayi yang obesitas harus sering diajak melakukan aktivitas fisik. Bayi
bisa diajak spa bayi sehingga dia bisa bergerak bebas di dalam air atau
permainan yang lainnya. Dengan cara-cara di atas, orang tua akan bisa mengatasi
tanda-tanda obesitas pada bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar