Santabe Ncore Mena..Selamat Datang.
Welcome To My Private Home..Lembo Ade

Sabtu, 20 April 2013

WASPADAI....GANGGUAN BELAJAR PADA REMAJA


Keberhasilan dalam bidang pendidikan adalah salah satu tujuan utama pada masa remaja. Hal ini akan besar pengaruhnya pada keadaan ekonomi dan emosi pada masa dewasa. Gangguan belajar dapat berperan besar pada kemampuan belajar, keberhasilan di sekolah, dan melakukan pekerjaan. Diperkirakan bahwa paling sedikit 20% dari kebanyakan pelajar mengalami kesulitan dalam penampilan akademis. Beberapa individu ini mempunyai masalah penyakit dasar berupa retardasi mental. Sedangkan individu yang lain, kemampuan yang kurang ini dapat sebagai akibat dari masalah emosi dan perilaku. Faktor lain yang juga berperan adalah masalah keluarga, social dan budaya.
Remaja dengan gangguan neurologi seperti misalnya Sindroma Tourette, Neurofibromatosis, atau kejang menunjukkan angka kejadian gangguan belajar lebih tinggi dari orang normal. Penderita gangguan belajar menunjukkan bukti lain dari disfungsi neurologi, dimana sebagian besar sering ditemukan mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder). Diperkirakan antara 20-25% anak dengan gangguan belajar mengalami ADHD.
Gangguan penampilan di sekolah juga berhubungan dengan adanya retardasi pertumbuhan di dalam kandungan. Dari suatu penelitian didapatkan bahwa individu yang mengalami retardasi pertumbuhan dalam kandungan, penampilan di sekolah akan lebih buruk dibandingkan dengan individu yang tidak ada riwayat retardasi pertumbuhan dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh karena janin yang mengalami retardasi pertumbuhan di dalam kandungan gagal mempertahankan perkembangan otak yang normal.
Gangguan belajar adalah salah satu penyebab rendahnya potensi akademik. Angka kejadian gangguan beljar tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan berkisar antara 5-10 % pada populasi, dimana setengah dari gangguan belajar adalah gangguan membaca. Penderita dengan gangguan belajar dapat berasal dari berbagai tingkatan masyarakat. Perbandingan kejadian  gangguan belajar antara laki-laki : perempuan adalah 2 : 1 sampai 4 : 1 dan resikonya meningkat pada anak dengan gangguan emosi dan perilaku.

A.        Sejarah dan Definisi
1.         Sejarah
            Sampai tahun 1940-an di Amerika Serikat, anak-anak dan remaja yang mengalami kesulitan akademis adalah mereka yang mengalami retardasi mental atau gangguan emosi atau masalah sosial dan budaya. Selama tahun 1940-an, keempat kesulitan tersebut telah dikenal.
            Individu dengan masalah penampilan akademis untuk alasan-alasan neurologis penyebab kelainan ini adalah berhubungan dengan fungsi otak. Ada 2 penelitian yang berusaha mengungkapkan dugaan kelainan neurologis yang mendasari gangguan belajar tersebut. Penelitian pertama mendapatkan bahwa anak-anak ini mempunyai jenis kesulitan belajar yang sama yaitu anak-anak dengan kerusakan otak. Mereka juga menyimpulkan bahwa anak-anak ini mengalami kerusakan otak, akan tetapi kerusakan otak sangat minimal dan tidak kelihatan secara klinis. Berdasarkan penelitian tersebut dikenal istilah kerusakan otak minimal. Peneliti lain mencoba mencari kemungkinan bahwa kesulitan belajar akibat dari fungsi otak yang berbeda, kemungkinan oleh karena gangguan “ sirkuit/sambungan” pada otak. Berdasarkan penelitian ini dikenal istilah atau konsep disfungsi otak minimal. Penelitian akhir-akhir ini lebih meyokong teori disfungsi otak minimal daripada teori kerusakan otak.
            Pada Awalnya, jenis-jenis kesulitan akademis dijelaskan berdasarkan atas gangguan kemampuan primer. Gangguan membaca disebut disleksia, gangguan menulis disebut disgraphia, dan gangguan aritmatika disebut diskalkulia. Belakangan ini penelitian-penelitian dipusatkan pada penyakit dasar yang mendasari kesulitan atau gangguan belajar yang menyebabkan masalah-masalah membaca, menulis an aritmatika.

2.         Definisi
            Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders : Third Edition-Revised (DSM-III-R), Seseorang dikatakan mengalami gangguan belajar apabila mengalami development learning disorder. Sistem sekolah umum menggunakan pedoman dalam Public Law 94-142 (di USA), mengenai individu-individu yang mengalami gangguan belajar. Gangguan perkembangan belajar tercantum dalam DSM-III-R pada diagnosis aksis II sebagai specific development disorder. Gangguan ini ditandai oleh perkembangan yang tidak adekuat dari akademik spesifik, bahasa, bicara, dan kemampuan motorik bukan akibat dari gangguan fisik yang terbukti atau gangguan neurologi, gangguan perkembangan pervasive, retardasi mental atau kesempatan untuk menikmati pendidikan yang kurang.
           

Gangguan-gangguan ini dikelompokkan menjadi subkelompok sebagai berikut :
a.            Gangguan kemampuan akademis
·           Gangguan perkembangan aritmatika
·           Gangguan perkembangan menulis ekspresif
·           Gangguan perkembangan membaca
b.            Gangguan bahasa dan bicara
·           Gangguan perkembangan artikulasi
·           Gangguan perkembangan bahasa ekspresif
c.            Gangguan kemampuan motorik
a.      Gangguan perkembangan koordinasi
Dalam Federal Low (USA), yang dimaksud dengan gangguan belajar adalah : suatu gangguan pada satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang meliputi mengerti atau menggunakan bahasa, berbicara atau menulils yang dapat muncul sebagai kemampuan yang tidak sempurna dari mendengar, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja,atau mengerjakan perhitungan matematika.
Keadaan-keadaan yang termasuk ini meliputi : cacat persepsi. Injuri otak, disfungsi otak, minimal, disleksia, dan afasia perkembangan. Keadaan- keadaan yang tidak termasuk di sini adalah anak dengan masalah belajar yang secara primer akibat dari cacat penglihatan, pendengaran, atau motorik, atau retardasi mental, gangguan emosi, atau keadaan yang merugikan dari lingkungan, budaya dan ekonomi.

B.        Masalah-Masalah
            Masalah-masalah yang berhubungan dengan gangguan belajar antara lain :
  • Masalah-masalah Emosi dan perilaku
Dalam Sistem pendidikan seorang remaja dikatakan mengalami masalah perilaku jika mereka sulit belajar di dalam kelas. Remaja dikatakan memiliki masalah emosi jika mereka mempunyai gangguan psikiatri yang mempengaruhi kehadiran dan penampilan di sekolah.
  • Masalah-masalah keluarga, sosial dan budaya
Sistem keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi remaja, dan penampilan di sekolah. Masing-masing factor tersebut perlu mendapat perhatian bila seorang individu mengalami prestasi yang kurang. Stres ekonomi, lingkungan dan emosi dalam keluarga dapat menngakibatkan seorang remaja mengalami disfungsi di sekolah. Minat orangtua terhadap keberhasilan pendidikan remaja dapat juga mempunyai pengaruh yang besar pada perjalanan dan motivasi remaja di sekolah.


C.        Manifetasi Klinis
            Sebagian besar perangkat tes pendidikan menggunakan model sibernetika , suatu model proses informasi untuk dapat memahami masalah belajar dan gangguan belajar, yang terdiri dari 4 tahap dari proses kognitif, yang saling mempengaruhi, yaitu : input, integrasi, memori, output.
Telah disadari bahwa tugas belajar meliputi lebih dari satu proses dan bahwa gangguan belajar dapat meliputi lebih dari satu area yang mengalami disfungsi. Langkah pertama dalam belajar adalah input, dimana informasi masuk ke dalam otak. Suatu informasi dicatat, diterima, diproses dan diinterpretasikan. Proses ini disebut integrasi. Kemudian informasi tersebut digunakan atau disimpan dan kemudian didapatkan kembali melalui proses memori. Akhirnya informasi ini disampaikan/diteruskan dalam bentuk bahasa atau aktifitas motorik, ini disebut dengan proses output. Jadi gangguan belajar akan meliputi 4 tahap yang disebutkan di atas dan akan dijelaskan sebagai berikut :
1.            Gangguan Input
Input adalah proses otak sentral dan tidak mengenai masalah-masalah visual perifer atau pendengaran. Dalam hal ini gangguan yang terjadi berupa gangguan persepsi visual atau pendengaran.
Gangguan persepsi visual berupa kesulitan dalam mengetahui posisi dan bentuk dari apa yang dilihat. Input dapat dirasakan berupa huruf-huruf terbalik atau diputar. Contohnya huruf d,b,p dan q dapat membingungkan satu sama lain, demikian juga dengan huruf n dan u. Kebingungan ini jelas terlihat ketika mulai belajar membaca, menulis atau menyalin huruf-huruf. Remaja yang lain dapat mengalami suatu masalah figure-ground yaitu suatu kesulitan dalam memusatkan pada gambar yang bermakna dari input visual lainnya. Membaca memerlukan kemampuan ini pada kalimat-kalimat spesifik, kemudian membaca dari kiri ke kanan pada setiap baris kalimat. Remaja dengan gangguan ini dapat mengalami masalah-masalah dalam membaca.  Gejalanya dapat berupa : bila sedang membaca kata-kata sering dilompati, kalimat dalam baris yang sama dibaca 2 kali, atau kalimat dilompati. Menduga jarak atau persepsi kedalaman adalah persepsi visual lainnya yang bisa mengalami disfungsi. Seorang remaja dapat salah dalam menilai kedalaman, menabrak sesuatu, jatuh dari kursi, melanggar minuman hingga jatuh oleh karena jangkauan tangan terlalu jauh untuk mengambilnya.
Sama halnya dengan persepsi visual, remaja dapat mengalami kesulitan dengan satu atau beberapa aspek dari persepsi pendengaran. Remaja mengalami kesulitan membedakan suatu perbedaan yang minimal sehingga suara-suara akan salah dimengerti dan responnya menjadi tidak benar. Kata-kata yang kedengarannya sama sering membingungkan seperti pada kata blue dan blow atau ball dan bell.
Beberapa orang tidak bisa memproses input suara secepat yang dapat dilakukan orang normal. Keadaan ini disebut auditory lag. Contohnya seorang guru menjelaskan tentang konsep matematika, murid dengan gangguan ini akan mampu menerima dan mengerti langkah-langkah 1, 2, 3, kemudian pada langkah ke-4 ia salah. Lalu meneruskan pada langkah ke-5. Akibatnya mereka kehilangan satu langkah dan tidak mengerti konsep yang telah dijelaskan.

2.            Gangguan Integrasi
Agar kita dapat mengerti, sutu informasi yang masuk ke otak minimal harus terdapat 3 langkah yaitu : sekuensi, abstraksi, dan organisasi. Proses integrasi input memerlukan ketiga langkah tersebut.
Seorang remaja dapat mengalami gangguan pada satu atau semua area tersebut. Bila kesulitan dalam memproses informasi ini dalam hal penglihatan, kesulitan ini meliputi input pendengaran, disebut gangguan sekuensi pendengaran dan seterusnya. Umumnya gangguan bisanya meliputi semua area tersebut.
a.         Gangguan Sekuensi
            Seorang remaja dengan gangguan sekuensi dapat mendengar atau membaca cerita tetapi pada waktu menceritakan kembali dapat mulai dari tengah cerita, kemudian ke awal cerita kemudian sampai akhir cerita. Jadi keseluruhan cerita diceritakan tetapi rangkaian cerita salah. Dapat juga pendengar melihat kata air, dibaca ria. Contoh lain adalah dalam hal menyebutkan secara berurutan hari-hari dalam minggu atau bulan dalam tahun. Apabila penderita ditanya bulan  apa setelah agustus, mereka tidak langsung menjawab akan tetapi mereka akan menyebutkan nama bulan dari awal yaitu januari, februari dan seterusnya sampai menemukan jawabannya. Hal yang sama juga juga terjadi bila ditanya mengenai huruf dalam abjad, mereka selalu mulai sejak awal yaitu huruf a.
b.         Gangguan Abstraksi
            Abstraksi adalah kemampuan untuk mendapatkan arti yang benar dari suatu kata atau symbol dan kemampuan ini adalah tugas intelektual yang sangat mendasar. Beberapa individu mempunyai masalah dalam hal abstraksi. Mereka tidak dapat mengambil kesimpulan mengenaai arti dari suatu kejadian. Mereka tidak mengerti lelucon atau tertawa. Mereka bingung dengan perumpamaan atau permainan kata-kata. Kadang-kadang mereka tampak menjadi paranoid oleh karena apa yang mereka anggap benar mereka pikir orang-orang mencela atau marah padanya. Remaja yang mengalami  gangguan abstraksi secara bermakna mengalami retardasi mental.
 
c.                     Gangguan organisasi
            Suatu informasi dicatat,dirangkaikan dan dimengerti, hal ini seharusnya terintegrasi dengan informasi baru daan juga berhubungan dengan informasi yang dipelajari sebelumnya. Beberapa individu dalam hal ini mengalami kesulitan. Seorang remaja dapat mempelajari rentetan peristiwa-peristiwa akan tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan-petanyaan umum yang diajukan mengenai peristiwa tersebut. Pekerjaan rumah mereka tinggalkan di sekolah; pekerjaan sekolah mereka tinggalkan di rumah. Mengatur waktu juga merupakan suatu masalah pada remaja yang mengalami gangguan organisasi.

3.            Gangguan Memori
Suatu informasi diterima, dicatat di otak, diintegrasikan, disimpan dan dapat diingat kembali. Proses penyimpanan dan pengingatan kembali suatu informasi ini disebut memori. Ada 2 jenis memori yaitu : memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori Jangka pendek adalah suatu proses mengingat kembali informasi dalam jangka waktu yang singkat, sedangkan memori jangka panjang adalah suatu proses dimana informasi yang sudah disimpan akan dapat diingat kembali dengan cara memikirkannya kembali.

4.            Gangguan Output
Informasi yang diterima diwujudkan dalam bentuk kata-kata, bahasa atau aktivitas otot (menulis, menggambar, sikap, gerakan). Remaja dapat mengalami gangguan berbahasa atau suatu gangguan motorik. Jika seorang remaja mengalami masalah dalam persepsi visual, otak akan mencatat atau memproses informasi yang salah kepada otot-otot selama aktifitas yang memerlukan koordinasi mata tubuh ini. Keadaan ini disebut gangguan motorik visual

D.        Pengelompokan Gangguan Belajar
            Para pendidik umumnya membagi gangguan proses informasi tersebut di atas dalam 4 kelompok yaitu gangguan membaca, gangguan matematika, menulis, dan berbahasa. Mereka umumnya menentukkan adanya ketidaksesuaian yang bermakna diantara kemampuan sebenarnya dan kemampuan yang diperkirakan untuk mengatakan seorang remaja mengalami gangguan belajar. Secara praktis, ketidaksesuaian 2 standard deviasi (SD) antara skor pada tes IQ dan tes kemampuan sering dianggap sebagai bukti dari adanya gangguan belajar.

 1.            Gangguan Membaca
Proses membaca meliputi : decoding (mengartikan huruf ke dalam ucapan) dan pemahaman (menginterpretasikan pesan atau arti dari bacaan). Disleksia adalah gangguan membaca yang paling sering, dimana remaja mengalami gangguan dalam kemampuan decoding, tetapi pemahaman masih baik.Indikator-indikator klinis dari gangguan decoding meliputi menebak kata-kata, gangguan dalam mengkombinasikan suara-tulisan, dan kesalahan dalam mengeja yang meliputi pengucapan/lafal yang salah dari kata-kata. Di samping itu remaja dengan disleksia mengalami gangguan dalam merangkai ucapan dalam kata-kata, suku kata dan fonem, dan menusun kembali suara ke dalam kata-kata yang diucapkan. Jika proses decoding baik, tetapi pemahaman mengalami gangguan, disebut hiperleksia. Kelainan ini relaatif jaranng terjadi. Remaja dengan hiperleksia dapat membaca segala macam bacaan tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Mereka sering juga mengalami gangguan berbahasa oral.
2.            Gangguan Matematika
Istilah diskalkulia atau akalkulia sering digunakan pada remaja-remaja dengan gangguan dalam kemampuan mengerjakan perhitungan aritmatika atau konsep angka dan ruang, mengakibatkan kemampuan yang kurang dalam bidang matematika. Remaja mengalami kesulitan belajar menggunakan angka-angka dan kesulitan menggunakan prinsip matematika dalam kehidupan sehari-hari.
3.            Gangguan Menulis
Istilah gangguan menullis adalah kesulitan dalam mengeja dan aspek-aspek linguistic lain dari menulis seperti : menyusun dan member tanda baca pada kalimat dan membuat paragraph, dan tidak termasuk gangguan/kesulitan dengan tulisan tangan. Oleh karena gangguan membaca, remaja yang menderita disleksia seharusnya juga dievaluasi kemungkinan adanya gangguan menulis. Remaja dengan gangguan menulis, mampu merumuskan fikiran yang kompleks tetapi oleh karena kesulitan dalam mengeja, mereka tidak dapat untuk mewujudkan pikiran dalam tulisan. Kemampuan membuat paragraph kurang; kalimat-kalimatnya pendek, dan tiba-tiba tehenti.
4.            Gangguan Berbahasa
Ada 2 bentuk bahasa dalam komunikasi yaitu bahasa spontan dan bahasa permintaan (demand language). Bahasa spontan terjadi pada situasi dimana individu berbicara spontan tanpa pengaruh orang lain. Dalam hal ini terdapat suatu kesempatan untuk memilih subyek, mengatur pikiran, dan memilih kata-kata yang benar sebelum berbicara. Pada bahasa permintaan, orang lain menciptakan suatu keadaan dimana sesuatu harus dikomunikasikan. Contohnya, suatu pertanyaan ditanyakan, dan hal tersebut perlu diatur atau ditata secara simultan, menemukan kata-kata yang benar dan dijawab lebih atau kurang tepat. Remaja dengan gangguan bahasa spesifik biasanya tidak mengalami kesulitan dalam bahasa spontan akan tetapi mengalami masalah dalam bahasa permintaan. Di samping itu dapat ditemukan adanya inkonsistensi. Remaja menguasai percakapan., tidak ada jeda atau berhenti di tengah-tengah percakapan, akan tetapi pada waktu mereka berada pada situasi yang memerlukan respon mereka akan menjawab “huh? Atau apa?atau saya tidak tahu atau mereka mengulang pertanyaan atau tidak menjawab. Jika dipaksa untuk menjawab responnya bisa membingungkan atau mereka menjawab seadanya atau sambil lalu yang sulit dimengerti.

E.        Diagnosis
            Proses belajar adalah suatu proses yang kompleks. Setiap individu dengan gangguan belajar masing-masing mempunyai gambaran sendiri-sendiri dari kemampuan dan ketidakmampuan belajarnya. Jadi, setiap orang seharusnya dievaluasi dan dipelajari secara terpisah. Sangat penting untuk mengetahui gambaran tersebut sehingga penanganan dapat direncanakan baik melalui pendidikan maupun secara medis.
            Riwayat penyakit dapat diperoleh dari keluarga dan laporan-laporan sekolah serta sumber-sumber laporan penting lainnya. Juga adapat dilihat dari penampilan seseorang yang tidak konsekuen. Remaja itu sendiri dapat merupakan sumber informasi yang penting dalam menegakkan diagnosis. Pertanyaan yang diajukan dapat dipusatkan pada tugas-tugas atau kemampuan akademik dasar. Selama dilakukan Dokter atau Petugas Kesehatan dapat mengamati secara langsung dan jelas kesulitan-kesulitan dalam mendengar dan mengerti apa yang dikatakan. Remaja dapat mengalami kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan gerakan mata-tangan, atau mungkin tidak dapat membaca dengan baik atau mengerjakan tugas-tugas akademik lainnya.
            Bila dicurigai adanya gangguan belajar, dapat dilakukan tes-tes psiko-edukasional. Penilaian psikologis, dapat meliputi evaluasi neuropsikologi atau psikologi klinik. Salah satu tes yang penting adalah tes IQ, terutama untuk menentukkan apakah terdapat suatu ketidaksesuaian atau scatter dalam subtest. Tes-tes lain adalah menilai persepsi, kognitif, dan gangguan bahasa. Tes-tes yang sering digunakan adalah :
1)    Tes Psikologi
·           Wechhsler Intelligence Scale por Children (WISC) (untuk umur 6-16 tahun)
·           Wechhsler Adult Intelligence Scale (WAIS) (Untuk umur lebih besar dari 16 tahun)
·           Stanford Binet Intelligence Scale (Untuk umur 2 tahun sampai dewasa)
2)    Tes Kemampuan
·           Wide-range Achievement Test
·           Peabody Individual Achievement Test
·           Woodcock-Johnson Psycoseducational Battery
·           Metropolitan Achievement Test
·           Stanford Diagnostic Achievement Test
3)    Diagnostic Educational Test
·           Woodcock-Johnson Psycoseducational Battery
Diagnosis banding dapat dilihat apakah ada gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan endokrin misalnya hipotiroidisme, dan penyakit-penyakit kronis.

F.         Penatalaksanaan
            Pengobatan pada gangguan belajar adalah pendidikan khusus. Intervensi ini dapat dilakukan melalui sekolah, dimana murid-murid dapat dimasukkan dalam sekolah regular atau sekolah khusus. Beberapa oranng memerlukan program pendidikan khusus secara terus menerus agar dapat menolong dirinya sendiri. Pendidikan professional khusus akan memberikan intervensi khusus dalam bidang membaca, menulis, dan matematika. Di samping itu berusaha menyusun strategi belajar disesuaikan dengan kemampuan dan kekurangan penderita. Secara keseluruhan intervensi ini bertujuan untuk membangun kemampuan belajar atau mengatasi gangguan belajar. Selain peranan guru, perlu juga peranan dari professional lain seperti ahli terapi wicara daan ahli terapi okupasi.
            Peran orangtua di rumah diharapkan dapat mengerti mengenai keadaan anak remajanya dan meraka adapat membangun kekuatan anaknya dalam mengatasi gangguan tersebut.
            Penanganan gangguan membaca meliputi usaha yang intensif dalam proses pembentukan atau perkembangan fonologi dan belajar membaca dengan lancer. Program proses fonologi meliputi praktek-praktek pengucapan fonem dan hubungan fonem dengan organ sensori lainnya atau strategi menghafal untuk mengingat tulisan dengan bunyinya. Contoh, belajar gerakan bibir dan lidah sesuai dengan huruf dan bunyinya. Di samping belajar fonem dan program membaca, juga dipelajari penggunaan kata. Pada tahap akhir penderita diajar membaca secara menyeluruh.
            Dalam pendekatan penanganan gangguan matematika sangat bervariasi. Pertama, yang perlu diketahuai adalah jenis gangguan matematika yang terjadi. Contoh kesalahan menghitung dapat terdiri dari :kurang perhatian, salah menggunakan tanda-tanda matematika, menebak dan menngabaikan langkah-langkah penting dalam perhitungan aritmatika. Perhatian kemudian ditujukankan pada area spesifik atau yang mengalami gangguan. Cara penanganan yang diperlukan sangat bersifat individu. Pada beberapa kasus diperlukan contoh-contoh nyata atau analogi untuk menerangkan konsep-konsep yang bersifat abstrak sampai anak mengerti. DI pihak lain, jika masalah konsepsual dan organisasi visual yang merupakan penyebab gangguan matematika, maka digunakan metode visualisasi.
           
Pada gangguan menulis, jika hanya mengeja merupakan masalah, maka penanganan gangguan membaca yang dimodifikasi sering dapat meningkatkan kemampuan mengeja. Jika masalahnya merupakan integrasi visual-motorik atau koordinasi maka penderita dirujuk kepada ahli terapi okupasi. Penderita dengan gangguan visual motorik juga dapat dievaluasi kemampuan menulisnya dengan menggunakan keyboards. Beberapa jenis cara penanganan digunakan untuk mengatasi masalah gangguan menulis. Pertama, belajar menulis dilakukan dalam suasana yang lebih bersifat alamiah, kurang bersifat evaluative.Contoh, anak disuruh menulis daftar hadiah. Kedua, belajar menulis dalam catatan-catatan kecil dan garis-garis besarnya saja sebelum menuliskan dalam bentuk prosa. Membuat catatan-catatan kecil sangat membantu oleh karena ide-ide dapat dicatat sebelum ditulis dalam tulisan akhir. Ketiga, belajar menulis apa yang diiucapkan atau didikte oleh orang lain.
            Penggunaan obat-obatan dalam menangani penderita dengan gangguan belajar tergantung gangguan yang menyertai gangguan belajar tersebut. Misal, bila gangguan belajar disertai dengan adanya ADHD, maka dapat diberikan obat stimulant; atau bila disertai dengan kecemasan maka dapat diberikan obat anti cemas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar