Keberhasilan
dalam bidang pendidikan adalah salah satu tujuan utama pada masa remaja. Hal
ini akan besar pengaruhnya pada keadaan ekonomi dan emosi pada masa dewasa.
Gangguan belajar dapat berperan besar pada kemampuan belajar, keberhasilan di
sekolah, dan melakukan pekerjaan. Diperkirakan bahwa paling sedikit 20% dari
kebanyakan pelajar mengalami kesulitan dalam penampilan akademis. Beberapa
individu ini mempunyai masalah penyakit dasar berupa retardasi mental.
Sedangkan individu yang lain, kemampuan yang kurang ini dapat sebagai akibat
dari masalah emosi dan perilaku. Faktor lain yang juga berperan adalah masalah
keluarga, social dan budaya.
Remaja
dengan gangguan neurologi seperti misalnya Sindroma Tourette, Neurofibromatosis,
atau kejang menunjukkan angka kejadian gangguan belajar lebih tinggi dari orang
normal. Penderita gangguan belajar menunjukkan bukti lain dari disfungsi
neurologi, dimana sebagian besar sering ditemukan mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperaktivity Disorder).
Diperkirakan antara 20-25% anak dengan gangguan belajar mengalami ADHD.
Gangguan
penampilan di sekolah juga berhubungan dengan adanya retardasi pertumbuhan di
dalam kandungan. Dari suatu penelitian didapatkan bahwa individu yang mengalami
retardasi pertumbuhan dalam kandungan, penampilan di sekolah akan lebih buruk
dibandingkan dengan individu yang tidak ada riwayat retardasi pertumbuhan dalam
kandungan. Hal ini disebabkan oleh karena janin yang mengalami retardasi
pertumbuhan di dalam kandungan gagal mempertahankan perkembangan otak yang
normal.
Gangguan
belajar adalah salah satu penyebab rendahnya potensi akademik. Angka kejadian
gangguan beljar tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan berkisar
antara 5-10 % pada populasi, dimana setengah dari gangguan belajar adalah
gangguan membaca. Penderita dengan gangguan belajar dapat berasal dari berbagai
tingkatan masyarakat. Perbandingan kejadian
gangguan belajar antara laki-laki : perempuan adalah 2 : 1 sampai 4 : 1
dan resikonya meningkat pada anak dengan gangguan emosi dan perilaku.
A. Sejarah dan Definisi
1. Sejarah
Sampai tahun 1940-an
di Amerika Serikat, anak-anak dan remaja yang mengalami kesulitan akademis
adalah mereka yang mengalami retardasi mental atau gangguan emosi atau masalah
sosial dan budaya. Selama tahun 1940-an, keempat kesulitan tersebut telah
dikenal.
Individu
dengan masalah penampilan akademis untuk alasan-alasan neurologis penyebab
kelainan ini adalah berhubungan dengan fungsi otak. Ada 2 penelitian yang
berusaha mengungkapkan dugaan kelainan neurologis yang mendasari gangguan
belajar tersebut. Penelitian pertama mendapatkan bahwa anak-anak ini mempunyai
jenis kesulitan belajar yang sama yaitu anak-anak dengan kerusakan otak. Mereka
juga menyimpulkan bahwa anak-anak ini mengalami kerusakan otak, akan tetapi
kerusakan otak sangat minimal dan tidak kelihatan secara klinis. Berdasarkan
penelitian tersebut dikenal istilah kerusakan otak minimal. Peneliti lain
mencoba mencari kemungkinan bahwa kesulitan belajar akibat dari fungsi otak
yang berbeda, kemungkinan oleh karena gangguan “ sirkuit/sambungan” pada otak.
Berdasarkan penelitian ini dikenal istilah atau konsep disfungsi otak minimal.
Penelitian akhir-akhir ini lebih meyokong teori disfungsi otak minimal daripada
teori kerusakan otak.
Pada
Awalnya, jenis-jenis kesulitan akademis dijelaskan berdasarkan atas gangguan
kemampuan primer. Gangguan membaca disebut disleksia, gangguan menulis disebut
disgraphia, dan gangguan aritmatika disebut diskalkulia. Belakangan ini
penelitian-penelitian dipusatkan pada penyakit dasar yang mendasari kesulitan
atau gangguan belajar yang menyebabkan masalah-masalah membaca, menulis an
aritmatika.
2. Definisi
Berdasarkan
Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders : Third Edition-Revised (DSM-III-R), Seseorang dikatakan
mengalami gangguan belajar apabila mengalami development learning disorder. Sistem sekolah umum menggunakan
pedoman dalam Public Law 94-142 (di
USA), mengenai individu-individu yang mengalami gangguan belajar. Gangguan
perkembangan belajar tercantum dalam DSM-III-R pada diagnosis aksis II sebagai specific development disorder. Gangguan
ini ditandai oleh perkembangan yang tidak adekuat dari akademik spesifik,
bahasa, bicara, dan kemampuan motorik bukan akibat dari gangguan fisik yang
terbukti atau gangguan neurologi, gangguan perkembangan pervasive, retardasi
mental atau kesempatan untuk menikmati pendidikan yang kurang.
Gangguan-gangguan ini
dikelompokkan menjadi subkelompok sebagai berikut :
a.
Gangguan kemampuan akademis
·
Gangguan perkembangan aritmatika
·
Gangguan perkembangan menulis ekspresif
·
Gangguan perkembangan membaca
b.
Gangguan bahasa dan bicara
·
Gangguan perkembangan artikulasi
·
Gangguan perkembangan bahasa ekspresif
c.
Gangguan kemampuan motorik
a. Gangguan
perkembangan koordinasi
Dalam
Federal Low (USA), yang dimaksud
dengan gangguan belajar adalah : suatu gangguan pada satu atau lebih dari
proses psikologi dasar yang meliputi mengerti atau menggunakan bahasa,
berbicara atau menulils yang dapat muncul sebagai kemampuan yang tidak sempurna
dari mendengar, berpikir, bicara, membaca, menulis, mengeja,atau mengerjakan perhitungan
matematika.
Keadaan-keadaan
yang termasuk ini meliputi : cacat persepsi. Injuri otak, disfungsi otak,
minimal, disleksia, dan afasia perkembangan. Keadaan- keadaan yang tidak
termasuk di sini adalah anak dengan masalah belajar yang secara primer akibat
dari cacat penglihatan, pendengaran, atau motorik, atau retardasi mental,
gangguan emosi, atau keadaan yang merugikan dari lingkungan, budaya dan
ekonomi.
B. Masalah-Masalah
Masalah-masalah yang berhubungan
dengan gangguan belajar antara lain :
- Masalah-masalah Emosi dan perilaku
Dalam
Sistem pendidikan seorang remaja dikatakan mengalami masalah perilaku jika
mereka sulit belajar di dalam kelas. Remaja dikatakan memiliki masalah emosi
jika mereka mempunyai gangguan psikiatri yang mempengaruhi kehadiran dan
penampilan di sekolah.
- Masalah-masalah keluarga, sosial dan budaya
Sistem
keluarga, masyarakat dan lingkungan sekolah berpengaruh terhadap motivasi
remaja, dan penampilan di sekolah. Masing-masing factor tersebut perlu mendapat
perhatian bila seorang individu mengalami prestasi yang kurang. Stres ekonomi,
lingkungan dan emosi dalam keluarga dapat menngakibatkan seorang remaja
mengalami disfungsi di sekolah. Minat orangtua terhadap keberhasilan pendidikan
remaja dapat juga mempunyai pengaruh yang besar pada perjalanan dan motivasi
remaja di sekolah.
C. Manifetasi
Klinis
Sebagian besar perangkat tes
pendidikan menggunakan model sibernetika , suatu model proses informasi untuk
dapat memahami masalah belajar dan gangguan belajar, yang terdiri dari 4 tahap
dari proses kognitif, yang saling mempengaruhi, yaitu : input, integrasi, memori, output.
Telah
disadari bahwa tugas belajar meliputi lebih dari satu proses dan bahwa gangguan
belajar dapat meliputi lebih dari satu area yang mengalami disfungsi. Langkah
pertama dalam belajar adalah input, dimana
informasi masuk ke dalam otak. Suatu informasi dicatat, diterima, diproses dan
diinterpretasikan. Proses ini disebut integrasi. Kemudian informasi tersebut
digunakan atau disimpan dan kemudian didapatkan kembali melalui proses memori.
Akhirnya informasi ini disampaikan/diteruskan dalam bentuk bahasa atau
aktifitas motorik, ini disebut dengan proses output. Jadi gangguan belajar akan meliputi 4 tahap yang disebutkan
di atas dan akan dijelaskan sebagai berikut :
1.
Gangguan Input
Input adalah proses otak
sentral dan tidak mengenai masalah-masalah visual perifer atau pendengaran.
Dalam hal ini gangguan yang terjadi berupa gangguan persepsi visual atau
pendengaran.
Gangguan
persepsi visual berupa kesulitan dalam mengetahui posisi dan bentuk dari apa
yang dilihat. Input dapat dirasakan
berupa huruf-huruf terbalik atau diputar. Contohnya huruf d,b,p dan q dapat membingungkan
satu sama lain, demikian juga dengan huruf n dan u. Kebingungan ini jelas
terlihat ketika mulai belajar membaca, menulis atau menyalin huruf-huruf.
Remaja yang lain dapat mengalami suatu masalah figure-ground yaitu suatu kesulitan dalam memusatkan pada gambar
yang bermakna dari input visual lainnya. Membaca memerlukan kemampuan ini pada
kalimat-kalimat spesifik, kemudian membaca dari kiri ke kanan pada setiap baris
kalimat. Remaja dengan gangguan ini dapat mengalami masalah-masalah dalam
membaca. Gejalanya dapat berupa : bila
sedang membaca kata-kata sering dilompati, kalimat dalam baris yang sama dibaca
2 kali, atau kalimat dilompati. Menduga jarak atau persepsi kedalaman adalah
persepsi visual lainnya yang bisa mengalami disfungsi. Seorang remaja dapat
salah dalam menilai kedalaman, menabrak sesuatu, jatuh dari kursi, melanggar
minuman hingga jatuh oleh karena jangkauan tangan terlalu jauh untuk
mengambilnya.
Sama
halnya dengan persepsi visual, remaja dapat mengalami kesulitan dengan satu
atau beberapa aspek dari persepsi pendengaran. Remaja mengalami kesulitan
membedakan suatu perbedaan yang minimal sehingga suara-suara akan salah
dimengerti dan responnya menjadi tidak benar. Kata-kata yang kedengarannya sama
sering membingungkan seperti pada kata blue
dan blow atau ball dan bell.
Beberapa
orang tidak bisa memproses input suara
secepat yang dapat dilakukan orang normal. Keadaan ini disebut auditory lag. Contohnya seorang guru
menjelaskan tentang konsep matematika, murid dengan gangguan ini akan mampu
menerima dan mengerti langkah-langkah 1, 2, 3, kemudian pada langkah ke-4 ia
salah. Lalu meneruskan pada langkah ke-5. Akibatnya mereka kehilangan satu
langkah dan tidak mengerti konsep yang telah dijelaskan.
2.
Gangguan Integrasi
Agar
kita dapat mengerti, sutu informasi yang masuk ke otak minimal harus terdapat 3
langkah yaitu : sekuensi, abstraksi, dan
organisasi. Proses integrasi input memerlukan
ketiga langkah tersebut.
Seorang
remaja dapat mengalami gangguan pada satu atau semua area tersebut. Bila
kesulitan dalam memproses informasi ini dalam hal penglihatan, kesulitan ini
meliputi input pendengaran, disebut gangguan sekuensi pendengaran dan
seterusnya. Umumnya gangguan bisanya meliputi semua area tersebut.
a. Gangguan Sekuensi
Seorang remaja dengan gangguan
sekuensi dapat mendengar atau membaca cerita tetapi pada waktu menceritakan
kembali dapat mulai dari tengah cerita, kemudian ke awal cerita kemudian sampai
akhir cerita. Jadi keseluruhan cerita diceritakan tetapi rangkaian cerita
salah. Dapat juga pendengar melihat kata air, dibaca ria. Contoh lain adalah
dalam hal menyebutkan secara berurutan hari-hari dalam minggu atau bulan dalam
tahun. Apabila penderita ditanya bulan
apa setelah agustus, mereka tidak langsung menjawab akan tetapi mereka
akan menyebutkan nama bulan dari awal yaitu januari, februari dan seterusnya
sampai menemukan jawabannya. Hal yang sama juga juga terjadi bila ditanya
mengenai huruf dalam abjad, mereka selalu mulai sejak awal yaitu huruf a.
b. Gangguan Abstraksi
Abstraksi adalah kemampuan untuk mendapatkan arti yang
benar dari suatu kata atau symbol dan kemampuan ini adalah tugas intelektual
yang sangat mendasar. Beberapa individu mempunyai masalah dalam hal abstraksi.
Mereka tidak dapat mengambil kesimpulan mengenaai arti dari suatu kejadian.
Mereka tidak mengerti lelucon atau tertawa. Mereka bingung dengan perumpamaan
atau permainan kata-kata. Kadang-kadang mereka tampak menjadi paranoid oleh
karena apa yang mereka anggap benar mereka pikir orang-orang mencela atau marah
padanya. Remaja yang mengalami gangguan
abstraksi secara bermakna mengalami retardasi mental.
c. Gangguan organisasi
Suatu informasi dicatat,dirangkaikan
dan dimengerti, hal ini seharusnya terintegrasi dengan informasi baru daan juga
berhubungan dengan informasi yang dipelajari sebelumnya. Beberapa individu
dalam hal ini mengalami kesulitan. Seorang remaja dapat mempelajari rentetan
peristiwa-peristiwa akan tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan-petanyaan umum
yang diajukan mengenai peristiwa tersebut. Pekerjaan rumah mereka tinggalkan di
sekolah; pekerjaan sekolah mereka tinggalkan di rumah. Mengatur waktu juga
merupakan suatu masalah pada remaja yang mengalami gangguan organisasi.
3.
Gangguan Memori
Suatu
informasi diterima, dicatat di otak, diintegrasikan, disimpan dan dapat diingat
kembali. Proses penyimpanan dan pengingatan kembali suatu informasi ini disebut
memori. Ada 2 jenis memori yaitu : memori jangka pendek dan memori jangka
panjang. Memori Jangka pendek adalah suatu proses mengingat kembali informasi
dalam jangka waktu yang singkat, sedangkan memori jangka panjang adalah suatu
proses dimana informasi yang sudah disimpan akan dapat diingat kembali dengan
cara memikirkannya kembali.
4.
Gangguan Output
Informasi
yang diterima diwujudkan dalam bentuk kata-kata, bahasa atau aktivitas otot
(menulis, menggambar, sikap, gerakan). Remaja dapat mengalami gangguan
berbahasa atau suatu gangguan motorik. Jika seorang remaja mengalami masalah
dalam persepsi visual, otak akan mencatat atau memproses informasi yang salah
kepada otot-otot selama aktifitas yang memerlukan koordinasi mata tubuh ini.
Keadaan ini disebut gangguan motorik visual
D. Pengelompokan
Gangguan Belajar
Para pendidik umumnya membagi
gangguan proses informasi tersebut di atas dalam 4 kelompok yaitu gangguan
membaca, gangguan matematika, menulis, dan berbahasa. Mereka umumnya
menentukkan adanya ketidaksesuaian yang bermakna diantara kemampuan sebenarnya
dan kemampuan yang diperkirakan untuk mengatakan seorang remaja mengalami
gangguan belajar. Secara praktis, ketidaksesuaian 2 standard deviasi (SD)
antara skor pada tes IQ dan tes kemampuan sering dianggap sebagai bukti dari
adanya gangguan belajar.
1.
Gangguan Membaca
Proses membaca meliputi : decoding (mengartikan huruf ke dalam
ucapan) dan pemahaman (menginterpretasikan pesan atau arti dari bacaan).
Disleksia adalah gangguan membaca yang paling sering, dimana remaja mengalami
gangguan dalam kemampuan decoding,
tetapi pemahaman masih baik.Indikator-indikator klinis dari gangguan decoding meliputi menebak kata-kata,
gangguan dalam mengkombinasikan suara-tulisan, dan kesalahan dalam mengeja yang
meliputi pengucapan/lafal yang salah dari kata-kata. Di samping itu remaja
dengan disleksia mengalami gangguan dalam merangkai ucapan dalam kata-kata,
suku kata dan fonem, dan menusun kembali suara ke dalam kata-kata yang
diucapkan. Jika proses decoding baik,
tetapi pemahaman mengalami gangguan, disebut hiperleksia. Kelainan ini relaatif
jaranng terjadi. Remaja dengan hiperleksia dapat membaca segala macam bacaan
tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Mereka sering juga mengalami gangguan
berbahasa oral.
2.
Gangguan Matematika
Istilah diskalkulia atau
akalkulia sering digunakan pada remaja-remaja dengan gangguan dalam kemampuan
mengerjakan perhitungan aritmatika atau konsep angka dan ruang, mengakibatkan
kemampuan yang kurang dalam bidang matematika. Remaja mengalami kesulitan
belajar menggunakan angka-angka dan kesulitan menggunakan prinsip matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Gangguan Menulis
Istilah gangguan menullis
adalah kesulitan dalam mengeja dan aspek-aspek linguistic lain dari menulis
seperti : menyusun dan member tanda baca pada kalimat dan membuat paragraph,
dan tidak termasuk gangguan/kesulitan dengan tulisan tangan. Oleh karena
gangguan membaca, remaja yang menderita disleksia seharusnya juga dievaluasi
kemungkinan adanya gangguan menulis. Remaja dengan gangguan menulis, mampu
merumuskan fikiran yang kompleks tetapi oleh karena kesulitan dalam mengeja,
mereka tidak dapat untuk mewujudkan pikiran dalam tulisan. Kemampuan membuat
paragraph kurang; kalimat-kalimatnya pendek, dan tiba-tiba tehenti.
4.
Gangguan Berbahasa
Ada 2 bentuk bahasa dalam
komunikasi yaitu bahasa spontan dan bahasa permintaan (demand language). Bahasa spontan terjadi pada situasi dimana
individu berbicara spontan tanpa pengaruh orang lain. Dalam hal ini terdapat
suatu kesempatan untuk memilih subyek, mengatur pikiran, dan memilih kata-kata
yang benar sebelum berbicara. Pada bahasa permintaan, orang lain menciptakan
suatu keadaan dimana sesuatu harus dikomunikasikan. Contohnya, suatu pertanyaan
ditanyakan, dan hal tersebut perlu diatur atau ditata secara simultan,
menemukan kata-kata yang benar dan dijawab lebih atau kurang tepat. Remaja
dengan gangguan bahasa spesifik biasanya tidak mengalami kesulitan dalam bahasa
spontan akan tetapi mengalami masalah dalam bahasa permintaan. Di samping itu
dapat ditemukan adanya inkonsistensi. Remaja menguasai percakapan., tidak ada
jeda atau berhenti di tengah-tengah percakapan, akan tetapi pada waktu mereka
berada pada situasi yang memerlukan respon mereka akan menjawab “huh? Atau apa?atau saya tidak tahu atau mereka
mengulang pertanyaan atau tidak menjawab. Jika dipaksa untuk menjawab responnya
bisa membingungkan atau mereka menjawab seadanya atau sambil lalu yang sulit
dimengerti.
E. Diagnosis
Proses belajar adalah suatu proses
yang kompleks. Setiap individu dengan gangguan belajar masing-masing mempunyai
gambaran sendiri-sendiri dari kemampuan dan ketidakmampuan belajarnya. Jadi,
setiap orang seharusnya dievaluasi dan dipelajari secara terpisah. Sangat
penting untuk mengetahui gambaran tersebut sehingga penanganan dapat
direncanakan baik melalui pendidikan maupun secara medis.
Riwayat penyakit dapat diperoleh
dari keluarga dan laporan-laporan sekolah serta sumber-sumber laporan penting
lainnya. Juga adapat dilihat dari penampilan seseorang yang tidak konsekuen.
Remaja itu sendiri dapat merupakan sumber informasi yang penting dalam
menegakkan diagnosis. Pertanyaan yang diajukan dapat dipusatkan pada
tugas-tugas atau kemampuan akademik dasar. Selama dilakukan Dokter atau Petugas
Kesehatan dapat mengamati secara langsung dan jelas kesulitan-kesulitan dalam
mendengar dan mengerti apa yang dikatakan. Remaja dapat mengalami kesulitan
mengerjakan tugas-tugas yang memerlukan gerakan mata-tangan, atau mungkin tidak
dapat membaca dengan baik atau mengerjakan tugas-tugas akademik lainnya.
Bila dicurigai adanya gangguan
belajar, dapat dilakukan tes-tes psiko-edukasional. Penilaian psikologis, dapat
meliputi evaluasi neuropsikologi atau psikologi klinik. Salah satu tes yang
penting adalah tes IQ, terutama untuk menentukkan apakah terdapat suatu
ketidaksesuaian atau scatter dalam subtest. Tes-tes lain adalah menilai
persepsi, kognitif, dan gangguan bahasa. Tes-tes yang sering digunakan adalah :
1) Tes
Psikologi
·
Wechhsler
Intelligence Scale por Children (WISC) (untuk umur 6-16
tahun)
·
Wechhsler
Adult Intelligence Scale (WAIS) (Untuk umur lebih besar dari 16
tahun)
·
Stanford
Binet Intelligence Scale (Untuk umur 2 tahun sampai dewasa)
2) Tes
Kemampuan
·
Wide-range
Achievement Test
·
Peabody
Individual Achievement Test
·
Woodcock-Johnson
Psycoseducational Battery
·
Metropolitan
Achievement Test
·
Stanford
Diagnostic Achievement Test
3) Diagnostic
Educational Test
·
Woodcock-Johnson
Psycoseducational Battery
Diagnosis
banding dapat dilihat apakah ada gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan
endokrin misalnya hipotiroidisme, dan penyakit-penyakit kronis.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan pada gangguan belajar
adalah pendidikan khusus. Intervensi ini dapat dilakukan melalui sekolah,
dimana murid-murid dapat dimasukkan dalam sekolah regular atau sekolah khusus.
Beberapa oranng memerlukan program pendidikan khusus secara terus menerus agar
dapat menolong dirinya sendiri. Pendidikan professional khusus akan memberikan
intervensi khusus dalam bidang membaca, menulis, dan matematika. Di samping itu
berusaha menyusun strategi belajar disesuaikan dengan kemampuan dan kekurangan
penderita. Secara keseluruhan intervensi ini bertujuan untuk membangun
kemampuan belajar atau mengatasi gangguan belajar. Selain peranan guru, perlu
juga peranan dari professional lain seperti ahli terapi wicara daan ahli terapi
okupasi.
Peran orangtua di rumah diharapkan
dapat mengerti mengenai keadaan anak remajanya dan meraka adapat membangun
kekuatan anaknya dalam mengatasi gangguan tersebut.
Penanganan gangguan membaca meliputi
usaha yang intensif dalam proses pembentukan atau perkembangan fonologi dan
belajar membaca dengan lancer. Program proses fonologi meliputi praktek-praktek
pengucapan fonem dan hubungan fonem dengan organ sensori lainnya atau strategi
menghafal untuk mengingat tulisan dengan bunyinya. Contoh, belajar gerakan
bibir dan lidah sesuai dengan huruf dan bunyinya. Di samping belajar fonem dan
program membaca, juga dipelajari penggunaan kata. Pada tahap akhir penderita
diajar membaca secara menyeluruh.
Dalam pendekatan penanganan gangguan
matematika sangat bervariasi. Pertama, yang perlu diketahuai adalah jenis
gangguan matematika yang terjadi. Contoh kesalahan menghitung dapat terdiri
dari :kurang perhatian, salah menggunakan tanda-tanda matematika, menebak dan
menngabaikan langkah-langkah penting dalam perhitungan aritmatika. Perhatian
kemudian ditujukankan pada area spesifik atau yang mengalami gangguan. Cara
penanganan yang diperlukan sangat bersifat individu. Pada beberapa kasus
diperlukan contoh-contoh nyata atau analogi untuk menerangkan konsep-konsep
yang bersifat abstrak sampai anak mengerti. DI pihak lain, jika masalah
konsepsual dan organisasi visual yang merupakan penyebab gangguan matematika,
maka digunakan metode visualisasi.
Pada
gangguan menulis, jika hanya mengeja merupakan masalah, maka penanganan
gangguan membaca yang dimodifikasi sering dapat meningkatkan kemampuan mengeja.
Jika masalahnya merupakan integrasi visual-motorik atau koordinasi maka
penderita dirujuk kepada ahli terapi okupasi. Penderita dengan gangguan visual
motorik juga dapat dievaluasi kemampuan menulisnya dengan menggunakan keyboards. Beberapa jenis cara
penanganan digunakan untuk mengatasi masalah gangguan menulis. Pertama, belajar
menulis dilakukan dalam suasana yang lebih bersifat alamiah, kurang bersifat
evaluative.Contoh, anak disuruh menulis daftar hadiah. Kedua, belajar menulis
dalam catatan-catatan kecil dan garis-garis besarnya saja sebelum menuliskan
dalam bentuk prosa. Membuat catatan-catatan kecil sangat membantu oleh karena
ide-ide dapat dicatat sebelum ditulis dalam tulisan akhir. Ketiga, belajar
menulis apa yang diiucapkan atau didikte oleh orang lain.
Penggunaan obat-obatan dalam
menangani penderita dengan gangguan belajar tergantung gangguan yang menyertai
gangguan belajar tersebut. Misal, bila gangguan belajar disertai dengan adanya
ADHD, maka dapat diberikan obat stimulant; atau bila disertai dengan kecemasan
maka dapat diberikan obat anti cemas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar